"Saya harap mereka tidak memaksa kami."
Eko Huda S
(REUTERS/Bazuki Muhammad)
Menteri Dalam Negeri Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein mengatakan, negaranya tidak akan berkompromi dalam menegakkan kedaulatan. "Saya harap mereka tidak memaksa kami," kata Hishammuddin seperti dikutip The Star, Selasa 19 Februari 2013.
Namun, Hishammuddin mengatakan Malaysia tetap mengupayakan sengketa ini bisa diselesaikan dengan cara damai. Malaysia tidak ingin masalah pendudukan ini diselesaikan melalui pertumpahan darah. "Kami harus melakukan tindakan yang benar pada waktu yang tepat. Dan jika kami harus mengambil keputusan, kami tidak akan ragu-ragu," dia mengancam.
Diberitakan sebelumnya, sebuah kelompok yang diperkirakan terdiri dari 100 orang dari Sulu, Filipina, dilaporkan menduduki sebuah wilayah di Sabah. Kelompok itu dipimpin oleh Raja Muda Azzimudie Kiram, saudara Sultan Sulu Jamalul Kiram III. Mereka menuntut Malaysia mengembalikan wilayah di Sabah itu, yang dia klaim merupakan warisan leluhurnya.
Pendudukan ini mulai dilakukan setelah ada kesepakatan damai antara pemerintah Filipina dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) di Kepulauan Mindanao. Kesepakatan ini menyebut Mindanao--termasuk Sulu--merupakan wilayah otonomi Bangsamoro dan memberikan sebagian besar wilayah untuk dikelola secara independen.
Kesepakatan tersebut menyebabkan Kesultanan Sulu merasa tidak mendapat lahan lagi dan berniat merebut wilayah mereka di tempat yang lain, yaitu Sabah, Malaysia.
Pada mulanya, wilayah Sabah atau dahulu disebut Borneo Utara ini merupakan milik Kesultanan Brunei. Namun, Sultan Brunei memberikan wilayah ini kepada Sultan Sulu. Pemberian ini merupakan balas jasa bagi Sultan Sulu yang telah membantu meredam perang sipil di Kesultanan Brunei. Baca selengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar