Jumat, 30 Agustus 2013

Perusahaan Minyak Minat Beli Pesawat Tanpa Awak Made in RI

Zulfi Suhendra - detikfinance
http://images.detik.com/content/2013/08/29/1036/pesawatawak2.jpg
Jakarta - Pesawat tanpa awak hasil pengembangan Badan Pengembangan dan Penelitian Teknologi (BPPT) diminati banyak orang. Perusahaan swasta dalam negeri hingga instansi dari luar negeri meminati pesawat tersebut.

Hal tersebut dikemukakan oleh Chief Engineer BPPT, Muhammad Dahsyat kepada detikFinance di Pameran Harteknas di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Kamis (29/8/2013).

"Kalau kita pameran teknologi di Kemayoran, ada yang berminat dari luar negeri, tapi saya belum bisa menyebutkan dari mana. Instansi (bukan perorangan)," kata Dahsyat.

Dahsyat mengatakan, pesawat nirawak tersebut dibuat masih untuk memasok kebutuhan di dalam negeri, seperti yang sudah dipesan oleh TNI sebanyak 3 unit untuk keperluan surveilance (pengawasan). Pesawat ini pun belum boleh dijual untuk umum.

"Kalau dijual umum kan kita harus ada perjanjian dan persyaratan dulu termasuk pelatihannya juga," katanya.

Selain TNI, perusahaan minyak swasta di dalam negeri pun tergiur untuk memesan pesawat ini. Namun sayangnya dia tidak menyebutkan berapa harga dan siapa pemesannya tersebut.

"Oil company banyak yang minta untuk off shore, on shore. Mereka untuk mengamati kilang apakah ada permasalahan atau nggak," tutupnya.

Peluru Produksi Pindad Ada yang Mampu Menembus Tank Baja

Production bullets PINDAD "INDONESIAN"  There are Able Penetrating Steel Tank
Zulfi Suhendra - detikfinance
http://images.detik.com/content/2013/08/30/1036/cam00352.jpg
Jakarta - Indonesia sudah sejak lama mampu memproduksi senjata melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pindad (Persero). Salah satu produk inovasi Pindad adalah peluru yang mampu menembus tank baja.

Engineer Produksi dan Desain Pindad, Budi mengungkapkan, peluru yang berjenis MU 3PB kaliber 12,7 milimeter tersebut diproduksi Pindad di Jawa Timur, daya ledaknya lebih kuat dibanding peluru yang selama ini biasa diproduksi perseroan.

"Peluru ini bisa tembus tank. Materialnya tetap alumunium dan tembaga, tapi daya ledaknya lebih besar," kata Budi kepada detikFinance di Pameran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, dikutip Jumat (30/8/2013).

Budi menjelaskan, pembuatan peluru dibedakan dari bahan peledak, ada yang hanya untuk melumpuhkan, bahkan ada yang mampu menghancurkan. Perbedaannya bisa dilihat dari warna di bagian runcing peluru yang diproduksi. Untuk peluru yang bisa menembus tank, berwarna perak di ujung bagian runcingnya.

"Kalau misalnya yang sudah tahu pasti hafal, warna merah, oh untuk ini, perak untuk ini," katanya.

Dikatakan Budi, peluru tersebut digunakan khusus untuk senjata laras panjang berjenis sniper yang diproduksi oleh PT Pindad. Sniper tersebut memiliki jangkauan tembak hingga 1,8 kilometer.

"Biasanya untuk ditaruh di helikopter," katanya.

Namun, dia belum bisa menyebutkan, siapa yang sudah memesan baik peluru atau senjata canggih made in Bandung tersebut.